Pulau terbesar di Negara Indonesia yang terletak paling timur di nusantara ini menyimpan banyak misteri,keunikan alam dan budaya yang perlu di ketahui, karena telah lama tidak di kenal oleh dunia luar karena letaknya yang sangat jauh dari Ibu Kota Jakarta. Pulau yang pertama menerima sinar matahari pagi di Indonesia. Mustikah pulau ini tertinggal dan terbelakang dari pembangunan dan perkembangan teknologi moderen yang akan menguasai dunia sebentar lagi. Inilah Pulau Papua yang penuh berkat yanga telah di berikan Tuhan kepada kita masyarakat Papua,marilah membangun Papua dengan dengan cinta dan kasih yang telah di berikan oleh sang pencipta pulau ini yaitu, Tuhan Yesus Kristus.
Wilayah Papua terbagi dalam sebutan masyarakat pantai dan daratan (pegunungan) pembagian sebutan ini hanya berlaku dimasyakat, tidak di pakai secara resmi, karena dapat memiliki arti yang memecah belakan kesatuan di masyarakat. Sebutan masyarakat pantai di berikan kepada masyarakat asli yang tinggal di pesisir pantai dengan mata pencarian adalah sebagai nelayan penagkap ikan dan bertani namun mereka lebih terbiasa dengan usaha menangkap ikan. Demikian juga sebutan masyarakat gunung adalah sebutan kepada masyarakat yang bermukim di dataran yang luas dan tinggi jauh dari laut, dengan mata pencarian adalah beratani dan berburu. Makanan pokok masyarakat Papua adalah Sagu dan Ubi.
Kebudayaan masyarakat Papua pada bidang seni adalah melukis pada kulit kayu dan seni memahat pada kayu. Jenis pohon tertentu yang di ambil kulitnya kemudian di kerjakan secara sederhana demikian juga, seni memahat tidak semua pohon dapat digunakan pohon jenis tertentu yang hasilnya akan baik.
Penduduk asli Papua hampir sebagiannya adalah pemeluk Agama Kristen. Oleh dua orang missionaris Kristen yang berkebangsan Jerman yaitu Ottou dan Geisler, sending pertama terjadi pada tanggal, 5 Februari 1955 di Pulau Mansinam, Kota Manokwari provinsi Papua Barat. Masyarakat Papua adalah masyarakat yang ramah dan menghargai hak kebebasan beragama yang dianut oleh semua masyarakat yang tinggal di Papua.
Perekonomia masyarakat setempat pada masa pemerintah Belanda di Papua perekonomian dan pendidikan di wilayah ini cukup maju itu terbukti pada tahun 1957 sampai 1966, masyarakat Papua di daerah Genyem Kabupaten Jayapura pengekspor biji kakao (bahan pembuata coklat), terbesar di Asia Tenggara (salah satu contoh). Kemudian setelah Papua bergabung ke Negara Indonesia, tempat ini kemudian di tutup dengan alasan yang tidak di ceritakan. Perekonomian masyarakat asli saat ini adalah masyakat Papua yang konsuntif sehingga Papua lambat untuk berkembang. Pengusaha ekonomi kecil, menengah hingga besar di kelolah oleh orang pendatang ( Jawa,Sulawesi, dll). Orang Jawa datang ke Papua melalui program transmigrasi pemerinta pusat di Jakarta. Lain halnya dengan orang Sulawesi sebagiannya adalah pedagang yang datang ke Papua dengan tujuan berdagang. Program transmigrasi yang di rancang oleh pemerintah pusat di Jakarta yang bertujuan sebagai pemerataan masyarakat justru berubah menjadi perampasan hak ulayat masyarakat setempat,pemerintah memberikan lahan yang baik kepada masyarakat transmigrasi dan memberikan perlengkapan pertanian yang modern kepada mereka sedangkan penduduk asli tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah padahal tanah tempat mereka mencari makan telah di pakai oleh trasmigrasi. Oleh karena itu, penduduk asli mulai tersisikan dari bidang pengembangan ekonomi kecil.
Terpenting dalam pengembangan Papua adalah pendidikan, pendidikan di Papua yang maju pesat di daera perkotaan sedangkan didaera kampung sangat jauh tertinggal ini di karenakan oleh kurangnya tenaga pengajar di kampung, ada juga tenaga pengajar yang mangkir dari tempat tugas. Hal ini di biarkan saja oleh dinas terkait yang mengakibatkan makin tertinggal pendidikan di daerah perkampungan yang perlu kita ketahui juga masyarakat yang tinggal di kampung merupakan penduduk asli dan yang di perkotaan sebagian besarnya adalah warga pendatang.
Telah di bahas mengenai buruknya pengembangan pendidikan demikian juga pada perkembangan pemerintahan era otonomi kusus,yang berpihak kepada putra putri asli sehingga putra,putri asli Papua banyak yang bekerja di bidang legeslatif dan eksekutif. Otonomi kusus yang tertuang pada UU No 21 tahun 2001, rancangan pemerinta pusat dengan tujuan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), mandiri,sehat, maju dan bebas dari kebodohan serta menjadi tuan di negeri sendiri (Papua). Putra dan putri Papua yang memimpin saat ini belum mampu menjawab ke sengsaraan masyarakat dari ketertinggalan yang sedang di alami. Sampai kapan penderitaan ini dapat di singkirkan dari tanah tercinta ini, tanah yang kaya namun sengsara karena putra dan putri yang memimpin mungkin lebih memikirkan kehidupan pribadi dan komunitasnya saja. Kata pepata ‘seperti kacang lupa pada kulitnya’ suatu pengharapan yang besar agar pepatah ini tidak berlaku di tanah terkasih Papua.
Peningkatan kualitas semberdaya manusia saat ini sangat bergantung pada generasi muda sekarang oleh karena sudah 12 tahun otonomi kusus di Papau namun masyarakat asli belum dapat nikmati kesejatraan kesehatan,kesejateraan ekonomi dan bebas dari kebodohan. Jumlah angka kematian ibu dan bayi,anak usia remaja putus sekolah dll, masi sangat tinggi. Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap masala yang telah di bahas di atas. Marilah sebagai generasi muda Papaua yang berpendidikan dan cinta akan Tanah Papua, satukan tekad untuk memajukan tanah ini dengan penuh semangat kesatuan dan kebersamaan yang berdasar pada firman Tuhan Yesus Kristus.